Jakarta : Organisasi Muslimah Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) menyelenggarakan konferensi internasional
perempuan sebagai bentuk kepedulian terhadap kaum perempuan. Mereka pun
mengkritisi pemerintah karena mayoritas perempuan hidup miskin dan
tereksploitasi.
"Tahun 2012 hampir berakhir, kondisi perempuan khususnya kaum ibu tetap saja buruk. Kemiskinan dan eksploitasi adalah kondisi hidup yang akrab dengan perempuan Indonesia. Hampir 70 persen dari penduduk miskin Indonesia adalah kaum perempuan," ujar Juru Bicara Muslimah HTI, Iffah Ainur Rochmah di Jakarta, Sabtu (22/12/2012).
Menurutnya, selama ini eksploitasi fisik terhadap perempuan terjadi dalam wujud komoditas terhadap kaum perempuan. Yakni perempuan yang menjadi buruh jumlahnya mencapai 39,8 juta, ditambah 4,2 juta yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Mereka hanya menjadi modal sosial untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa dipenuhi haknya.
Iffah menjelaskan, langkah pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan gender dan meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan sebagaimana tema nasional Hari Ibu 2012 adalah pilihan penyelesaian yang justru akan memperburuk kondisi perempuan. Hubungan perempuan dengan laki-laki didominasi persaingan, akibatnya keluarga menjadi kehilangan harmonisasinya.
"Dampak dari hal ini, anak-anak sebagai generasi penerus tak bisa lagi diharapkan. Tawuran, pornografi, dan kriminalitas akrab dengan mereka," kata Iffah.
Diharapkan, lanjut Iffah, dengan diselenggarakannya Konferensi Perempuan Internasional ini semua pihak dapat menyadari bahwa gelombang kemiskinan dan eksploitasi yang melanda dunia adalah buah busuk dari penerapan sistem kapitalisme, yang saat ini dianut oleh hampir seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.
Serta, sambungnya, dapat mewaspadai terwujudnya ide kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sebab nyatanya hal ini justru semakin mendorong perempuan untuk mengejar materi dan mengabaikan peran utamanya sebagai pendidik generasi.
"Kita harap konferensi ini akan memberikan gambaran baru kepada mereka bahwa pandangan yang selama ini ada di kalangan perempuan tentang ekonomi, pembangunan semestinya ditinggalkan. Sebetulnya konsep ini tidak mampu mengatasi persoalan kemiskinan dan eksploitasi perempuan," tegas Iffah.
Konferensi Perempuan Internasional yang diselenggarakan Muslimah HTI sendiri diikuti sebanyak 1500 perempuan dari seluruh Indonesia, dan perwakilan tujuh negara sahabat. Selain bertukar pikiran melalui berbagai materi diskusi, acara ini juga menghadirkan pameran lukisan dan foto tentang kegiatan perempuan muslim.(Mut)
"Tahun 2012 hampir berakhir, kondisi perempuan khususnya kaum ibu tetap saja buruk. Kemiskinan dan eksploitasi adalah kondisi hidup yang akrab dengan perempuan Indonesia. Hampir 70 persen dari penduduk miskin Indonesia adalah kaum perempuan," ujar Juru Bicara Muslimah HTI, Iffah Ainur Rochmah di Jakarta, Sabtu (22/12/2012).
Menurutnya, selama ini eksploitasi fisik terhadap perempuan terjadi dalam wujud komoditas terhadap kaum perempuan. Yakni perempuan yang menjadi buruh jumlahnya mencapai 39,8 juta, ditambah 4,2 juta yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Mereka hanya menjadi modal sosial untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa dipenuhi haknya.
Iffah menjelaskan, langkah pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan gender dan meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan sebagaimana tema nasional Hari Ibu 2012 adalah pilihan penyelesaian yang justru akan memperburuk kondisi perempuan. Hubungan perempuan dengan laki-laki didominasi persaingan, akibatnya keluarga menjadi kehilangan harmonisasinya.
"Dampak dari hal ini, anak-anak sebagai generasi penerus tak bisa lagi diharapkan. Tawuran, pornografi, dan kriminalitas akrab dengan mereka," kata Iffah.
Diharapkan, lanjut Iffah, dengan diselenggarakannya Konferensi Perempuan Internasional ini semua pihak dapat menyadari bahwa gelombang kemiskinan dan eksploitasi yang melanda dunia adalah buah busuk dari penerapan sistem kapitalisme, yang saat ini dianut oleh hampir seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.
Serta, sambungnya, dapat mewaspadai terwujudnya ide kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sebab nyatanya hal ini justru semakin mendorong perempuan untuk mengejar materi dan mengabaikan peran utamanya sebagai pendidik generasi.
"Kita harap konferensi ini akan memberikan gambaran baru kepada mereka bahwa pandangan yang selama ini ada di kalangan perempuan tentang ekonomi, pembangunan semestinya ditinggalkan. Sebetulnya konsep ini tidak mampu mengatasi persoalan kemiskinan dan eksploitasi perempuan," tegas Iffah.
Konferensi Perempuan Internasional yang diselenggarakan Muslimah HTI sendiri diikuti sebanyak 1500 perempuan dari seluruh Indonesia, dan perwakilan tujuh negara sahabat. Selain bertukar pikiran melalui berbagai materi diskusi, acara ini juga menghadirkan pameran lukisan dan foto tentang kegiatan perempuan muslim.(Mut)
0 komentar:
Posting Komentar